Puisiadalah Gaya Hidup. Wednesday, April 8, 2015. Lagu Asing di Sawah Sawah dari tanah yang sama kugali sumur yang meluberkan madu. kuhisap dan kukunyah segala sisa akar segalapohon. kusemburkan kugali sumur. tempat terakhir bagi petani membongkar musim yang menetes darah dari TamatSMA tinggal di kampung. Bajak sawah. Selama dua tahun berdagang kiling dari kampung ke kampung. Berdagang tapi tidak ada hasil. istirahat dua tahun bekerja sebagai petani di kampungnya. Membantu orangtua membajak sawah, dan memelihara ternak kerbau dan kuda. Ketika Cinta Terbantai Sepi Antalogi Puisi (2011) 5. Senja di Kota Kupang sawah sawah kehilangan gembala petani kehilangan lahan, bencana mencari korban alam berdendang, tawa keluh, awan berarak menepi di ujung asa. Palembang 2 maret 2012 Diposting oleh Unknown di 02.09 Tidak ada komentar: nyanyian hati mendekap diri membawa mimpi kembali bersemi jika aku rindu berserumenari-nari di atas sawah. bersama nyanyian para petani . di ambang petang. tempias senja melintas . kelasa tunas menjelma. sebatang bambu berapi-api. mengoyak sepi sebuah kota . di garis hening Saung Udjo. derauan suara angin dan angklung. terangkum apik di ranum denyut jantungku . Ruang Kata, Desember 2021 . Tentang Penulis Home» Uncategories » Sketsa Petani : Lanjutkan Puisi Nyanyian Petani Di Sawah Berikut Ini Dengan Berjuta Harapan Di Dada Mereka Brainly Co Id - Gambar mewarnai topi petani kumpulan gambar mewarnai kumpulan. By Yadira Boehm Sunday, May 16, 2021. Beritadan foto terbaru Puisi Nyanyian Seorang Petani - Puisi Nyanyian Seorang Petani Abdul Hadi W.M wJgms. Daftar isi1. Nyanyian Petani2. Nasib Kami3. Anak Petani4. Pergi Menanam Padi5. Sawah adalah Kantor Kami6. Musim Panen7. Suasana di Pagi HariPetani banyak memberikan manfaat di kehidupan. Petani menjadi salah satu pemasok bahan-bahan makanan. Salah satunya makanan pokok yang biasa dimakan yakni beras. Namun, sayangnya kehidupan petani tak sesuai dengan jasa yang diberikan. Banyak dari mereka yang hidup memprihatinkan. Bahkan, terkadang untuk makan sehari-sehari saja mereka masih susah. Padahal, mereka yang setiap hari memasok makanan untuk orang banyak lahan-lahan yang menjadi ladang penghasilan yang kini dirubah menjadi gedung-gedung. Petani semakin kesusahan, banyak dari mereka yang akhirnya menjadi pengangguran. Sangat disayangkan memang di negeri yang terkenal sebagai negara agraris tetapi petaninya memprihatinkan. Banyak yang berada di bawah kemiskinan dan tak mempunyai rumah yang layak dan rahasia umum lagi kesengsaraan menjadi seorang petani. Banyak petikan lagu hingga puisi yang mengganbarkan bagaimana menyedihkannya kehidupan seorang petani. Berikut ini kami sajikan kumpulan puisi yang mengangkat tema “Petani.”1. Nyanyian PetaniKami yang berangkat sebelum matahari bangunDan pulang saat matahari terbenamTak pernah sekalipun merasakan kemewahanBerada di rumah nyaman dengan banyak kendaraanKami adalah para penjaga lahanYang saban hari menghasilkan banyak sumber makananNamun, kami sering merasa kelaparanMerasakan perut bunyi keronconganSaban hari kami menjaga tanamanMemberi makan dan menjaga dari hama tanamanMengairi lahan tak pernah bosan dilakukanAgar tumbuh subur dan menghasilkan banyak karung saat di panenInilah nyanyian keluhan yang bisa kami ceritakanPerihal kemalangan, kesedihan dan kemiskinanKami bukan pemilik, hanya penjaga lahanTak banyak penghasilan yang didapatkan2. Nasib KamiBagaimana nasib kami tuan dan puan?Jika bukan kalian yang memperjuangkanBagaimana kami bisa hidup, tuan dan puanJika sumber kehidupan kami hilangKami mempercayakan sepenuhnya pada kalianKalian yang dapat menyuarakan keresahanBantu kami yang tak dapat menyampaikan keluhanMemperjuangkan nasib kami ke depanTuan dan puan coba mengerti posisi kamiSaban hari bangun mengais rezekiMengumpulkan peluh di bawah terik matahariTapi, kelaparan sering sekali mengisi setiap hariCoba sesekali dengarkan kami, wahai tuan dan puanKami tak minta banyak, hanya ingin diperjuangkanBagaimana nasib kami ke depanApakah, masih bisa bertahan dengan kemiskinan?Tuan dan puan pada pundak kalian kami percayakanPada suara kalian terdapat suara kami yang sumbangPada tangan kalian ada keresahan yang patut diperjuangkanDan pada kaki kalian menunggu perubahanTuan dan puan, kami di sini menunggu bagaimana nasib ke depanKami sudah lelah berada di garis kemiskinanKami sudah tak sanggup lagi melanjutkan kehidupanJika tuan dan puan tak mau memperjuangkan3. Anak PetaniKami tinggal di sebuah desa yang kayaBanyak sekali sumber daya yang melimpah ruahTapi, tak pernah sedikitpun kami merasakannyaHanya dapat menyaksikan dari kejauhanKami ini adalah anak petaniYang bapak ibunya berangkat pagiYang makan satu hari hanya sekaliTak pernah merasakan dinginnya AC ruanganKami memang anak petani yang miskinYang tinggal di gubuk yang hampir reotTak pernah sekalipun merasakan kemewahanHanya mengenyam pendidikan sampai sekolah dasarSekalipun kami sering merasa kelaparan dan perut keronconganSekalipun kami tak pernah merasakan naik kendaraanTapi, kami bangga menjadi anak petaniTak pernah sedikitpun malu untuk mengakuiBapak Ibu kami memang hanya seorang petaniTapi tak pernah sekalipun mengajarkan untuk iri hatiApalagi sampai melakukan korupsi seperti pejabat negeriYang tak malu saat melakukan kejahatan terang-teranganKami bangga jadi anak seorang petaniYang terpenting tak pernah merugikan orang lainKami senang menjadi anak seorang petaniSekalipun hidup penuh kesederhanaan4. Pergi Menanam PadiKami biasa berangkat pagi sekaliMenuju ladang untuk menanam padiSembari membawa bekal makan untuk pengganjal laparAgar semangat saat menanamKami adalah si tukang tanam padiMenyebar benih pada lahan yang suburMerawatnya dengan memberi pupuk kandangMengairi sawah agar tak kekeringanPekerjaan kami adalah menanam padiMenunggu sampai waktu panen tibaMenghasilkan beras untuk dimakanSebagai makanan pokok orang-orangKami memang si tukang tanam padiKami yang menghasilkan beras setiap hariKami yang mengelola dan menjaganya setiap hariTapi, beras sering tak ada di rumah kami5. Sawah adalah Kantor KamiSawah adalah kantor kamiTak memiliki ruangan yang nyaman dan disii AC yang sejukTak ada kursi yang empuk untuk duduk nyamanDan tak ada sekretaris yang membantu pekerjaanSawah memang kantor kamiYang becek dan tak mempunyai atap pelindung dari panas matahariHanya angin alami yang menjadi penyejuk di siang hariDan gubuk reot untuk mengistirahatkan diriKantor kami memang tak nyamanTapi, dapat membuat kami senangSebab, kantor kami adalah ladang penghasilanYang dapat membuat kami tak kelaparanSekalipun kantor kami tak memiliki AC yang membuat nyamanKantor kami merupakan sumber pemasok makananMakanan yang setiap hari kalian makanAtau kalian mati kelaparan6. Musim PanenBagi kami tak ada yang paling bahagiaDari hari-hari selain musim panen tibaSaat padi yang kami tanam dan jagaAkhirnya dapat dipanen jugaTak ada hari yang paling istimewaSelain hari saat musim panen tibaMengambil hasil dari biji yang selama ini dijagaMerasakan nikmatnya buah kesabaranKami akan sedih saat musim panen tak adaSaat musim panen menjadi tak menentuHidup kami terasa berada di ujung mata tombakYang siap dilempar menuju jurang yang curamMusim panen adalah berkah dari Yang Maha KuasaBerjuta nikmat yang tak dapat diutarakanNikmat yang tak setiap hari bisa dirasajanBuah dari kesabaran yang harus dirayakanMusim panen sama dengan musim gajianMusim yang mendatangkan kebahagianMeskipun tak banyak, tapi cukup memenuhi kebutuhanYang terpenting tak merasakan kelaparanTerima kasih Tuhan telah menghadirkan musim panenTerima kasih atas nikmat yang tak mampu ditakarTerima kasih sudah menjaga bibit hingga musim panen tibaSehingga kami dapat merasakan kebahagian7. Suasana di Pagi HariKicauan burung adalah nyanyian penghibur di pagi hariLahan yang subur dan padi yang menguningPemandangan yang biasa kami lihat setiap hariSaat kami akan bekerja di pagi hariSemilir angin dan sengatan matahariAdalah santapan kami sehari-hariSuara hewan liar dan rumput ilalang yang tinggiMenjadi teman dikala sawah tengah sepiItulah suasana pagi kami setiap hariSetiap kali akan menengok padiSuasana yang menemani dikala sedang bekerja dengan sepenuh hatiMeskipun tak mendapat imbalan tinggiItulah sejumlah kumpulan puisi bertemakan petani. Puisi-puisi diatas menggambarkan kesedihan dan nasib menjadi seorang petani. Menjadi seorang petani memang tak mudah. Namun, jika tak ada petani, siapa yang akan menghasilkan sumber makanan? Siapa yang akan menghasilkan padi untuk dijadikan beras? Semua itu adalah pekerjaan seorang petani. Sekalipun tak mendapat bayaran tinggi, tapi jasanya begitu dibutuhkan semua orang. Maka dari itu, hargai seorang petani. Origin is unreachable Error code 523 2023-06-16 104234 UTC What happened? The origin web server is not reachable. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Check your DNS Settings. A 523 error means that Cloudflare could not reach your host web server. The most common cause is that your DNS settings are incorrect. Please contact your hosting provider to confirm your origin IP and then make sure the correct IP is listed for your A record in your Cloudflare DNS Settings page. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d8272461ab9b72e • Your IP • Performance & security by Cloudflare Puisi Nyanyian Para Petani Jatiwangi Karya Ajip Rosidi Nyanyian Para Petani Jatiwangi 1 Dari pagi hingga petang Kulepas kerbauku sayang Entah ke mana kau menuju Entah di mana kusembunyi. Dari pagi hingga petang Haram riang, kerja tak tentram Subur sawah rumput dan lalang Burung lapar berputaran terbang. Wahai, bukan peninggalan karuhun kusia-siakan Tanah terbengkalai, kolam kering Wahai, bukan tak mau sawah kukerjakan Dalam hati penuh ketakutan. Nyanyian Para Petani Jatiwangi 2 Kalau hari menjelang senja Lengang pematang, lengang rumah Tiada anak mengandangkan ayam. Kalau hari menjelang petang Berat dan tiada harapan Bayang-bayang lenyap di tikungan. Kalau hari menjelang malam Tiada lelaki merasa aman Dalam rumah sendiri. Kalau malam telah datang Tiada nyanyi bunda menidurkan Tiada lepas tangis bayi. Kalau malam telah turun Tiada suling, tiada pantun Hanya gaang, hanya angin. Kalammalam telah tiba Tiada kacapi, tiada kinanti Asmarandana dalam hari. Kalau malam telah datang Entah besok masih kujelang Entah mentari kulihat lagi. Nyanyian Para Petani Jatiwangi 3 Wahai bulan, sunyinya sendirian Tiada pemuda kan berpesan Membisikkan kerinduan. Wahai bulan, alangkah muram Tiada perawan kan menyanyi Menyampaikan bisik hati. Wahai bulan, alangkah pelan Muram dan sepi Apa yang kau tatap? Wahai bulan, alangkah lama Was-was dan ngeri Mentari yang kuharap. Alangkah kusuka memandang bulan Remang dan lembut Tapi hati penuh takut. Nyanyian Para Petani Jatiwangi 4 Siapa itu melangkah berat dan ribut Siapa lagi malam ini didatangi Berapa rumah musnah? Berapa yang mati? Siapa itu melangkah berat dan ribut Siapa lagi malam ini didatangi? Gilirankukah atau Madhapi? Fajar kembang merekah Duhai, pabila burung berkicau alangkah lega hati. 1958Sumber Surat Cinta Enday Rasidin 1960Puisi Nyanyian Para Petani JatiwangiKarya Ajip RosidiAjip Rosidi lahir pada tanggal 31 Januari 1938 di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Rosidi meninggal dunia pada tanggal 29 Juli 2020 pada usia 82 tahun di Magelang, Jawa Rosidi adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Nyanyian alam di pematang sawahRasanya rindu mengunjungi sawah. Tiada habis- habisnya untuk di ceritakan, tentang bagaimana suasananya, keindahannya, warna - warna alam yang merona, dan tak ketinggalan para petani yang sedari pagi telah beraktivitas di tengah sawah. Angin sepoi- sepoi serasa membelai wajah, membawa saya pada suasana damai dalam jiwa, terlebih lagi hamparan menghijau kini menghiasi tiap petak sawah, lengkap dengan bulir- bulir padi yang menggantung pada tangkainya. Kawanan bangau juga tak lupa untuk sekedar mampir, mencari makanan favoritnya seperti katak kecil dan beberapa jenis serangga lainnya. Di kejauhan berjejer menjulang pohon- pohon cengkeh serta kelapa menghiasi indahnya anugerah sang penciptaMenoleh kembali apa yang ada di hadapan mata, rasa syukur dalam hati begitu luar biasa, kala menyaksikan padi telah berproses seiring waktu dan menanti untuk segera di pun juga demikian, berharap hasil terbaik panen kali ini memberikan penopang hidup guna memutar roda perekonomian. Setidaknya petani pun akan merasakan dampaknya ketika panen melimpah dengan harga gabah yang stabil sebagai bentuk penghargaan jerih kekhawatiran juga tak kunjung sirna di pelupuk mata, kala beberapa lahan persawahan telah beralih fungsi guna mengikuti tuntutan jaman. Ruko di bangun pada lahan produktif, begitu juga blok perumahan berjejer menggantikan peran sawah yang dulu memberikan keseimbangan dan kini terhimpit seolah alam pun tak mampu bicara. Sungguh saat ini saya sangat bersyukur yang teramat dalam, karena masih diberikan kesempatan menikmati suasana alam pedesaan lengkap dengan pematang sawah ber petak lengkap dengan gemercik air dan sapi yang digembalakan oleh para sahabat di hari sabtu dan minggu, saya gunakan sebagai waktu berharga untuk mengajak keluarga mengunjungi sawah, melihat pemandangan bukit yang menghijau, di kejauhan terlihat pula pesona laut yang membentang, karena letak sawah yang strategis mencakup itu anak bermain lumpur, memberi makan sapi, menyaksikan capung terbang, burung- burung yang hinggap pada tangkai padi, kiranya itu memang sebagai hama tapi sejuk jika dipandang mata. 1 2 Lihat Nature Selengkapnya

puisi nyanyian petani di sawah